Robert Wolter Mongisidi
Robert Wolter Mongisidi adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang dikenal atas perjuangan heroiknya melawan penjajah Belanda di Sulawesi Selatan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Lahir pada 14 Februari 1925 di Malalayang, Manado, ia menunjukkan semangat juang yang tinggi sejak muda.
Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda kembali ke Indonesia melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration) dengan tujuan merebut kembali kendali. Mongisidi, yang saat itu berada di Makassar, tidak menerima kedatangan Belanda dan segera terlibat dalam perlawanan. Pada 17 Juli 1946, bersama Ranggong Daeng Romo dan pejuang lainnya, Mongisidi membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS). Organisasi ini aktif melakukan perlawanan dan menyerang posisi-posisi Belanda. Sebagai sekretaris jenderal LAPRIS, ia memimpin berbagai operasi, termasuk membersihkan mata-mata NICA, merampas senjata musuh, mengganggu lalu lintas Belanda, dan menghancurkan bangunan vital milik Belanda.
Beberapa kisah heroik Robert Wolter Mongisidi antara lain kemampuannya berdiplomasi, menyamar dan mengamuk di markas Belanda, serta melarikan diri dari penjara. Setelah penangkapan kembali, Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Mongisidi menolak grasi yang ditawarkan dan memilih untuk menghadapi regu tembak. Pada 5 September 1949, di usia 24 tahun, ia dieksekusi mati. Sebelum ditembak, ia meminta agar matanya tidak ditutup dan meneriakkan pekik “MERDEKA” sebanyak tiga kali. Sebuah kertas bertuliskan “Setia Hingga Akhir Dalam Keyakinan” ditemukan terselip di Alkitab yang diapitnya saat dieksekusi, menjadi kalimat heroik yang dikenang.
Baca selengkapnya di Wikipedia.