Sultan Thaha Syaifuddin
Sultan Thaha Syaifuddin (juga dieja Sultan Thaha Saifuddin) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia dan sultan terakhir dari Kesultanan Jambi. Lahir pada tahun 1816 di Keraton Tanah Pilih Jambi, ia dikenal sebagai sosok yang gigih menentang penjajahan Belanda. Sejak kecil, Raden Thaha Jayadiningrat, nama kecilnya, dikenal rendah hati dan suka bergaul dengan rakyat biasa, membentuk karakternya sebagai pemimpin yang dekat dengan masyarakat.
Perjuangan heroiknya dimulai ketika ia menolak untuk memperbarui perjanjian yang merugikan Kesultanan Jambi yang dipaksakan oleh Belanda. Selama kurang lebih 50 tahun, Sultan Thaha memimpin perlawanan gerilya yang tak kenal lelah melawan pasukan kolonial Belanda. Ia dikenal dengan pendiriannya yang teguh, tegas, dan berjiwa kerakyatan, serta ketaatannya dalam menjalankan ajaran agama Islam. Salah satu ucapannya yang terkenal menunjukkan keteguhan hatinya: “Saya tidak mau berunding dengan Belanda, niscaya hilanglah amal saya 40 hari jika saya melakukannya.”
Sultan Thaha Syaifuddin gugur dalam pertempuran sengit melawan Belanda pada 26 April 1904 di Muara Tebo, Jambi, pada usia 87-88 tahun. Meskipun Belanda mengerahkan kekuatan besar, mereka tidak pernah berhasil menangkapnya hidup-hidup. Atas jasa-jasanya dalam mempertahankan kemerdekaan, Sultan Thaha Syaifuddin dianugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada 24 Oktober 1977 berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 079/TK/Tahun 1977. Namanya kini diabadikan pada berbagai fasilitas umum di Jambi, termasuk bandar udara dan universitas.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi halaman Wikipedia Sultan Thaha Saifuddin: [https://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Thaha_Saifuddin]