Tan Malaka
Tan Malaka, yang memiliki nama asli Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka, dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia dengan kisah perjuangan yang heroik dan penuh pengorbanan. Ia adalah tokoh pertama yang mencetuskan gagasan Indonesia sebagai sebuah republik, sebuah konsep yang kemudian menjadi dasar negara Indonesia merdeka. Pemikirannya ini tertuang dalam bukunya “Naar de Republiek Indonesia” (Menuju Republik Indonesia).
Sebagian besar hidupnya dihabiskan dalam pengasingan dan persembunyian, dikejar-kejar oleh pemerintah kolonial Belanda. Ia hidup layaknya agen rahasia, berpindah-pindah tempat, berganti nama samaran, dan membentuk gerakan bawah tanah untuk terus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Selain “Naar de Republiek Indonesia”, Tan Malaka juga menulis karya-karya penting lainnya seperti “Massa Actie” dan “Madilog” (Materialisme, Dialektika, Logika). Pemikiran-pemikirannya yang berbobot ini sangat memengaruhi semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sebagai seorang guru, Tan Malaka menunjukkan kepeduliannya terhadap pendidikan rakyat. Ia pernah mengajar anak-anak buruh perkebunan di Sumatera Utara dan mendirikan sekolah rakyat untuk anak-anak Sarekat Islam di Semarang. Meskipun berulang kali ditangkap dan diasingkan, semangat perjuangan Tan Malaka tidak pernah padam. Ia terus memupuk semangat perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia bahkan dari balik jeruji. Atas jasa-jasanya yang luar biasa dalam melawan kolonialisme, Tan Malaka ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Soekarno pada tahun 1963. Perjalanan heroiknya berakhir tragis ketika ia dieksekusi pada tahun 1949 di Kediri, Jawa Timur, tanpa diketahui pasti di mana makamnya.
Baca selengkapnya di Wikipedia.